Minggu, 22 Februari 2009

OBAT ANALGESIK ANTIPIRETIK

OBAT ANALGESIK ANTIPIRETIK
Obat saraf dan otot golongan analgesik atau obat yang dapat menghilangkan rasa sakit/ obat nyeri sedangkan obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh.
.
Analgesik sendiri dibagi dua yaitu :
1. Analgesik opioid / analgesik narkotika Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri.

Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi.
.
Ada 3 golongan obat ini yaitu :

Obat yang berasal dari opium-morfin,
Senyawa semisintetik morfin, dan
Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
2. Analgesik lainnya, Seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan para amino fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti ibuprofen, asam mefenamat, naproksen/naproxen dan banyak lagi. Berikut contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia :

Paracetamol/acetaminophen
Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.

Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.

Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.

Tramadol
Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin. Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol pelepasan lambat digunakan untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang memerlukan waktu yang lama. Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan minum dengan dosis lebih besar atau lebih lama dari yang diresepkan dokter. Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg sehari.

Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.

Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker.
Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik narkotika.
Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.

Naproxen
Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid. Naproxen bekerja dengan cara menurunkan hormon yang menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh.
Obat lainnya
Metamizol, Aspirin (Asetosal/ Asam asetil salisilat), Dypirone/Methampiron, Floctafenine, Novaminsulfonicum, dan Sufentanil.

Sabtu, 21 Februari 2009

JANTUNG BERDEBAR DISERTAI KEPANASAN DAN SULIT TIDUR HORMON

JANTUNG BERDEBAR DISERTAI KEPANASAN DAN SULIT TIDUR
HORMON
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan. Pada umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang dikontrol oleh hormon biasanya merupakan perubahan yang memerlukan waktu panjang. Contohnya pertumbuhan dan pemasakan seksual.
I. ORGAN-ORGAN YANG MENGHASILKAN HORMON
1. Hipofisis
Hipofisis, organ kecil yang menjuntai di bawah dasar otak, adalah sebuah kelenjar yang banyak berperan dalam aktivitas berbagai hormon. Kelenjar yang hanya berbobot 0,5 gr ini terlindung dalam ruang yang dikenal sebagai sella tursika atau fossa hipofisis di dasar tengkorak. Hipofisis terdiri atas 2 lobus, anterior dan posterior dan secara anatomis berhubungan langsung dengan hipotalamus. Hipotalamus sendiri terbagi atas 3 zona yaitu lateral, medial dan paraventrikuler. Magnocellular neurosecretory cells, salah satu kelompok sel pada zona paraventrikuler hipotalamus, memiliki axon yang berjalan turun ke hipofisis lobus posterior.
Magnocellular neurosecretory cells, melepaskan 2 macam neurohormon, oksitosin dan vasopresin ke dalam sirkulasi. Oksitosin dilepaskan saat proses persalinan dan menyebabkan uterus berkontraksi. Hormon ini juga menstimulasi keluarnya air susu dari kelenjar mammae. Oksitosin juga dapat dilepaskan dengan sensasi somatik yang diakibatkan oleh hisapan bayi saat sedang disusui. Vasopresin, juga disebut dengan antidiuretic hormone (ADH) berperan dalam regulasi cairan dan osmolaritas. Dalam keadaan dehidrasi di mana volume darah menurun dan osmolaritas meningkat, vasopresin akan dilepaskan dan akan memerintahkan ginjal untuk meretensi cairan dan mengurangi produksi urin.
Tidak seperti lobus posterior, lobus anterior hipofisis adalah kelenjar yang menghasilkan bermacam-macam hormon yang bertugas meregulasi sekresi hormon-hormon kelenjar lain. Kelenjar-kelenjar berikut ini bekerja di bawah pengaruh hipofisis: gonad, adrenal, tiroid dan mammae. Sedemikian luasnya peran hipofisis membuat kelenjar ini mendapat julukan “Master of Gland”. Meskipun demikian, hipofisis anterior tetap di bawah kontrol hipotalamus yang diperankan oleh parvocellular neurosecretory cells di zona paraventrikuler.
Berikut ini adalah hormon yang dihasilkan oleh hipofisi lobus anterior dan efek yang ditimbulkannya.

Hormon Target Efek
Follicle-stimulating hormone (FSH) Gonad Ovulasi, spermatogenesis
Luteinizing hormone (LH) Gonad Ovulasi, maturasi sperma
Thyroid-stimulating hormone (TSH) atau thyrotropin Tiroid Sekresi tiroksin (meningkatkan metabolisme)
Adrenocoticotropic hormone (ACTH) atau corticotropin Korteks adrenal Sekresi kortisol
Growth hormone (GH) Semua sel Stimulasi sintesa protein
Prolaktin Mammae Produksi dan sekresi air susu

Hipotalamus berkomunikasi dengan lobus anterior hipofisis melalui hormon yang dilepaskan ke pembuluh darah kecil yang berjalan turun ke hipofisis anterior melalui tangkai hipofisis. Hubungan yang demikian ini dikenal sebagai hypothalamo-pituitary portal circulation. Hormon yang dilepaskan adalah sebagai berikut:

Thyrotropin releasing hormone (TRH) = TSH-RH
Corticotropin releasing hormone (CRH)
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) = LH-RH
Growth hormone releasing hormone (GH-RH)
Growth hormone release inhibiting hormone (GH-RIH) = somatostatin
Prolactin releasing factor (PRF)
Prolactin release inhibiting factor (PIF)
Melanocyte stimulating hormone releasing factor (MSH-RF)
Melanocyte stimulating hormone release inhibiting factor (MSH-RIF)

Hormon-hormon tersebut dikenal sebagai hypophysiotropic hormone. Apabila hormon hormon ini dilepaskan akan terjadi perubahan besar baik dalam fisiologi tubuh maupun otak manusia. Sebagai contoh, dalam kondisi stress psikis, periventrikuler hipotalamus akan melepaskan CRH ke hypothalamo-pituitary portal circulation yang akan memicu dikeluarkannya ACTH ke sirkulasi. ACTH akan menstimulasi keluarnya kortisol dari kelenjar adrenal. Kortisol akan menimbulkan banyak efek seperti inhibisi sistem imun, mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, protein, sistem kardiovaskuler dan lain sebagainya. Kortisol yang bersifat lipofilik ini dapat melewati sawar darah otak. Di otak hormon ini akan berikatan dengan reseptor yang mengirimkan sinyal ke hipotalamus untuk menghentikan pelepasan CRH sehingga kadar kortisol dalam darah tidak terus meningkat. (red/estiasari)


Anatomi Hipofisis
Terletak di os sphenoid, dorsal terhadap rongga hidung dan mata. Terdiri atas lobus anterior dan posterior. Lobus anterior disebut juga adenohypophysis. Kelenjar ini mempengaruhi kelenjar-kelenjar lain (headnucleus). Lobus posterior disebut juga neurohypophysis.

Histologi Hipofisis
Disebut juga sebagai kelenjar Masterglands. Bentuk ovoid, 1 x 1.5 x 0.5 cm. Letak dalam Sela Tursika. Vaskularisasi : Arteri Hipofisialis inferior, Arteri Hipofisialis Superior. Inervasi oleh Tractus Hipotalamus Hipofisealis.
Dengan Pewarnaan H.E Pada hipofisis pars anterior terdapat:
• Sel α (asidofil): bergranula merah. Sel ini paling banyak di hipofisis pars anterior. Dengan pewarnaan M.A. dapat dibedakan:
- Sel Orangeofil atau Sel Alfa Asidofil
- Sel Karminofil atau Sel Epsilon Asidofil

• Sel β (basofil): bergranula berwarna kebiru-biruan. Sel ini berada di antara sel α.
• Sel kromofob: tidak berwarna/jernih, karena tidak mempuyai granula.
2. Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia. Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting ialah Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3). Hormon-hormon ini mengawal metabolisma (pengeluaran tenaga) manusia.
Anatomi dan struktur
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus, satu di sebelah kanan dan satu lagi disebelah kiri. Keduanya dihubungkan oleh suatu struktur ( yang dinamakan isthmus atau ismus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pir. Kelenjar tiroid mempunyai satu lapisan kapsul yang tipis dan pretracheal fascia. Pada keadaan tertentu kelenjar tiroid aksesoria dapat ditemui di sepanjang jalur perkembangan embriologi tiroid. Struktur ismus atau isthmus yang dalam bahasa latin artinya penyempitan merupakan struktur yang menghubungkan lobus kiri dan kanan. Posisinya kira-kira setinggi cincin trakea 2-3 dan berukuran sekitar 1,25 cm. Anastomosis di antara kedua arteri thyroidea superior terjadi di sisi atas ismus, sedangkan cabang-cabang vena thyroidea inferior ber-anastomosis di bawahnya. Pada sebagian orang dapat ditemui lobus tambahan berupa lobus piramidal yang menjulur dari ismus kebawah.
• Vaskularisasi
Darah ke kelenjar tiroid dibekalkan oleh arteri superior thyroid yang merupakan cabang pertama arteri external carotid(ECA). Arteri ini menembusi pretracheal fascia sebelum sampai ke bahagian superior pole lobe kelenjar tiroid. Saraf laryngeal terletak berhampiran(di belakang) arteri ini, jadi jika dalam pembedahan tiroidektomi, kemungkinan besar saraf ini terpotong jika tidak berhati-hati.
Kelenjar tiroid juga dibekalkan oleh arteri inferior thyroid yang merupakan cabang daripada thyrocervical trunk(cabang daripada arteri subclavian). Dalam 3% populasi manusia, terdapat satu lagi arteri ke kelenjar tiroid, iaitu arteri thyroid ima.
Histologi kelenjar tiroid
Terdiri dari pseudolobuli. Pseudolobulus terdiri dari folikel-folikel yang dibatasi oleh sel folikel. Didalam lumennya berisi koloid. Sel-sel folikel umumnya berbentuk ubis. Sel Parafolikuler (sel follikular yang lebih besar dan tampak lebih pucat) terletak diantara sel follikular dengan membrana basalis, menghasilkan hormon calcitonin.
Fisiologi
Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini akan bergabung dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3 (triiodotironin) dan T4 (triiodotiroksin). Dalam keadaan normal pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%. Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon lain seperti T2.
T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP = adenosin tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah menjadi T3 oleh enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di organ-organ lain seperti hipotalamus yang berada di otak tengah.
Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (tiroid releasing hormon)dan TSH (tiroid stimulating hormon). Hormon-hormon ini membentuk satu sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid. TRH dikeluarkan oleh hipotalamus yang kemudian merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh karena itu hal yang mengganggu jalur diats akan mentyebabkan produksi T3 dan T4
3. Paratiroid
Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah. Kelenjar ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid, mensintesa dan mensekresi hormon paratiroid atau parathormon disingkat PTH.
Parathormon mengatur metabolisme kalsium dan posfat tubuh. Organ targetnya adalah tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang, PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum :neningkat. Di tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon inipun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran Posfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar kalsium disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Factor yang mengontrol sekresi PTH adalah kadar kalsium serum di samping tentunya PTSH

4. Struktur dan fungsi kelenjar Pankreas
Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. mendapat pasokan darah dari arteri mensenterika superior dan splenikus.
Pankrea berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau Langerhans terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang menghasilkan yang menghasilkan glukoagon, sel beta yang menghasilkan insulin, dan sel deltha yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui.
Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak. Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek glukoagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat). Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipolisis (pemecahan lemak).Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin sebagai hormon anabolik terutama akan meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel di jaringan. Efek anabolik penting lainnya dari hormon insulin adalah sebagai berikut:a. Efek pada hepar1) Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa2) Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis3) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di heparb. Efek pada otot1) Meningkatkan sintesis protein2) Meningkatkan transportasi asam amino3) Meningkatkan glikogenesisc.
Efek pada jaringan lemak:
1) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas
2) Meningkatkan penyimpanan trigliserida
3) Menurunkan lipolisis
5. Struktur dan Fungsi Kelenjar Adrenal

Terletak di kutub atas kedua ginjal. Disebut juga sebagai kelenjar suprarenalis karena letaknya di atas ginjal. Dan kadang juga disebut sebagai kelenjar anak ginjal karena menempel pada ginjal.
Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan bagian medulla. Keduanya menunjang dalam ketahanan hidup dan kesejahteraan, namun hanya korteks yang esensial untuk kehidupan.
a. Korteks adrenal.
Korteks adrenal esensial untuk bertahan hidup. Kehilangan hormon adrenokortikal dapat menyebabkan kematian. Korteks adrenal mensintesa tiga kelas hormon steroid yaitu mineralokortikoid, glukokortikoid, dan androgen.
b. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid (pada manusia terutama adalah aldosteron) dibentuk pada zona glomerulosa korteks adrenal. Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya membantu dalam mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Defisiensi mineralokortikoid (penyakit Addison’s) mengarah pada hipotensi, hiperkalemia, penurunan curah jantung, dan dalam kasus akut, syok. Kelebihan mineralokortikoid mengakibatkan hipertensi dan hipokalemia.

c. Glukokortikoid
Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol merupakan glukokortikoid utama pada manusia. Kortisol mempunyai efek pada tubuh antara lain dalam: metabolisms glukosa (glukosaneogenesis) yang meningkatkan kadar glukosa darah; metabolisme protein; keseimbangan cairan dan elektrolit; inflamasi dan imunitas; dan terhadap stresor.d. Hormon seks Korteks adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid seks dari zona retikularis. Umumnya adrenal mensekresi sedikit androgen dan estrogen dibandingkan dengan sejumlah besar hormon seks yang disekresi oleh gonad. Namun produksi hormon seks oleh kelenjar adrenal dapat menimbulkan gejala klinis. Misalnya, kelebihan pelepasan androgen menyebabkan virilisme. sementara kelebihan pelepasan estrogen (mis., akibat karsinoma adrenal menyebabkan ginekomastia dan retensi natrium dan air.


6. Struktur dan Fungsi Kelenjar Gonad
Terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak jelas pada minggu kelima. Difrensiasi jelas dengan mengukur kadar testosteron fetal terlihat jelas pada minggu ke tujuh dan ke delapan gestasi. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan inhibisi steroid.

a. Testes
Dua buah testes ada dalam skrotum. Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Menghasilkan hormone testosteron dan estradiol dibawah pengaruh LH. Testosteron diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis sementara FSH diperlukan untuk memulai dan mempertahankan spermatogenesis.Estrogen mempunyai efek menurunkan konsentrasi testosteron melalaui umpan balik negatif terhadap FSH sementara kadar testosteron dan estradiol menjadi umpan balik negatif terhadap LH. Fungsi testis sebagai organ reproduksi berlangsung di tubulus seminiferus.Efek testosteron pada fetus merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria. Pada masa pubertas hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh, pertumbuhan dan perkembangan alat genital, distribusi rambut tubuh, pembesaran laring dan penebalan pita suara serta perkembangan sifat agresif. Sebagai hormon anabolik, akan merangsang pertumbuhan dan penutupan epifise tulang.


b. Ovarium
Seperti halnya testes, ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Sebagai organ reproduksi, ovarium menghasilkan ovum (sel telur) setiap bulannya pada masa ovulasi untuk selanjutnya siap untuk dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta mempertahankan proses laktasi.
Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum. Progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus luteum.
II. MEKANISME HORMONAL
Organisme multiseluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi antar sel agar dapat memberi respon dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan eksterna dan interna yang selalu berubah.
Sistem Endokrin dan susunan saraf merupakan alat utama dimana tubuh mengkomunikasikan antara berbagai jaringan dan sel. Sistem saraf sering dipandang sebagai pembawa pesan melalui system structural yang tetap. System endokrin di mana berbagai macam hormone diekskresikan oleh kelenjar spesifik, diangkut sebagai pesan yang bergerak untuk bereaksi pada sel atau organ targetnya.
SEKRESI HORMONAL
Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ tertentu. Dahulu sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis dalam suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain disebut sebagai fungsi Endokrin
Ini bisa dilihat dari sekresi hormon Insulin oleh pulau β Langerhans Pankreas yang akan dibawa melalui sirkulasi darah ke organ targetnya sel-sel hepar.
Sekarang diakui hormon dapat bertindak setempat di sekitar mana mereka dilepaskan tanpa melalui sirkulasi dalam plasma di sebut sebagai fungsi Parakrin, digambarkan oleh kerja Steroid seks dalam ovarium, Angiotensin II dalam ginjal, Insulin pada sel α pulau Langerhans.Hormon juga dapat bekerja pada sel dimana dia disintesa disebut sebagai fungsi Autokrin. Secara khusus kerja autokrin pada sel kanker yang mensintesis berbagai produk onkogen yang bertindak dalam sel yang sama untuk merangsang pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan kanker secara keseluruhan.
RESEPTOR HORMON
Konsentasi hormon dalam cairan ekstrasel sangat rendah berkisar 10-15 –10-9. Sel target harus membedakan antara berbagai hormon dengan konsentrasi yang kecil, juga antar hormon dengan molekul lain.Derjad pembeda dilakukan oleh molekul pengenal yangterikat pada sel target disebut Reseptor
→Reseptor Hormon: Molekul pengenal spesifik dari sel tempat hormon berikatan sebelum memulai efek biologiknya.
Umumnya pengikatan Hormon Reseptor ini bersifat reversibel dan nonkovalen
Reseptor hormon bisa terdapat pada permukaan sel (membran plasma) atau pun
intraselluler.
Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan sinyal pembentukan senyawa yang disebut sebagai second messenger (hormon sendiri dianggap sebagai first messenger)
Jika hormon sudah berinteraksi dengan reseptor spesifiknya pada sel-sel target, maka peristiwa-peristiwa komunikasi intraseluler dimulai.Hal ini dapat melibatkan reaksi modifikasi seperti fosforilasi dan dapat mempunyai pengaruh pada ekspresi gen dan kadar ion. Peristiwa-peristiwa ini hanya memerlukan dilepaskannya zat-zat pengatur.
Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ tertentu. Sekresi hormon dikenal secara Endokrin, Parakrin dan Autokrin.
Hormon sebelum memulai efek biologiknya harus berikatan dengan reseptor pengenal Spesifiknya. Reseptor hormon bisa terdapat pada permukaan sel (membran plasma) atau pun intraselluler. Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan sinyal pembentukan senyawa yang disebut sebagai second messenger . Yang merupakan kelompok second messenger adalah senyawa cAMP,cGMP,Ca2+,Fosfoinositol, Lintasan Kinase
KKeelloommppookk hhoorrmmoonn mmeemmppuunnyyaaii rreesseeppttoorr iinnttrraasseell bersifat lipofilik dan dapat berdifusi lewat membran plasma semua sel, tetapi hanya menjumpai reseptor spesifiknya di dalam sel sasaran Dengan memberi pengaruh yang selektif pada transkripsi gen dan produksi masing-masing mRNA ,kelompok hormon ini mempengaruhi pembentukan protein spesifik dan proses metabolik dipengaruhi
Tidak semua hormon dihasilkan oleh suatu kelenjar tertentu.Hormon golongan Eicosanoid mencakup: Prostanoid (Prostaglandin, Prostasiklin Tromboxan) dan Leukotrien adalah derivat asam lemak tak jenuh dengan kerangka 18,20 atau 22 karbon.
β endorphine terdiri atas 31 asam amino yang ditemukan dalam hipofise dapat berperan dalam mengontrol persepsi rasa nyeri secara endogen sehingga dapat berperan analgesik yang kuat untuk rasa sakit pada tubuh selama beberapa jam .Potensi analgesik senyawa 18-30 kali lebih kuat dari morphin
Onkogen merupakan gen yang mempromosikan kanker. Mengalami perubahan melalui mutasi ataupun versi dari gen seluler normal yang diekspresikan secara berlebihan.Dalam banyak kasus onkogen merupakan analog dari hormon maupun faktor pertumbuhan, reseptor hormon,molekul yang mentransmisikan kerja hormon.
III. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada sistem endokrin mungkin dapat dilakukan hanya sebagian dari
keseluruhan pengkajian. atau mungkin sebagian sudah dapat diatasi sendiri oleh klien dengan
pengetahuan dan kecurigaan terhadap masalah fungsi endokrin.
Persiapan
Satu-satunya organ endokrin yang dapat dipalpasi adalah kelejar tiroid. Bagaimanapun
pengkajian lainnya dapat memperlihatkan informasi mengenai masalah endokrin termasuk
inspeksi pada kulit. rambut dan kuku. raut muka. refleks dan sistem muskuloskeletal.
Pengukuran tinggi dan berat badan sangat penting seperti tanda-tanda vital yang juga
memperlihatkan petunjuk terhadap ketidakmampuan fungsi sistem endokrin.
Klien mungkin duduk setelah melakukan latihan. Refleks hammer digunakan untuk tes
refleks tendon bagian dalam. Utamakan latihan, perawat mengumpulkan peralatan penting dan
menjelaskan teknik kepada. klien untuk mengurangi cemas. Penambahan teknik untuk mengkaji hipokalsemia, tetanus. Komplikasi terhadap kekacauan endokrin termasuk urutan latihan.
Teknik Pemeriksaan Kelainan Yang Mungkin Ditemukan Kulit
Kulit
Inspeksi warna kulit

Hiperpigmentasi ditemukan pada klien addison
desease atau cushing syndrom. Hipopigmentasi
terlihat pada klien diabetes mellitus,
hipertiroidisme, hipotiroidisme.
Palpasi (tekstur. kelembaban. dan
adanya lesi.
Kulit kasar. kering ditemukan pada klien dengan
hipotiroidisme. dimana kelembutan dan bilasan
kulit bisa menjadi tanda pada klien dengan
hipertiroidisme. Lesi pada ekstremitas bawah
mengindikasikan DM.

Kuku dan Rambut
Peningkatan pigmentasi pada kuku diperlihatkan
oleh klien dengan penyakit addison desease,
kering, . tebal. dan rapuh terdapat pada penyakit
hipotiroidisme, rambut lembuthipertyroidisme.
Hirsutisme terdapat pada penyakit cushing
syndrom
Muka (inspeksi bentuk dan kesimetrisan
wajah), inspeksi posisi mata
Variasi dan bentuk dan struktur muka mungkin
dapat diindikasikan dengan penyakit akromegali
mata.
Kelenjar Thyroid
Palpasi kelenjar tyroid terhadap ukuran
dan konsistensinya. Pemeriksa berdiri di
Tidak membesar pada klien dengan penyakit
graves atau goiter. Multiple nodulus terdapat pada
belakang klien dan tempatkan kedua
tangan anda pada sisi lain pada trachea di
bawah kartilago thyroid. Minta klien
untuk miringkan kepala ke kanan Minta
klien untuk menelan. Setelah klien
menelan. pindahkan pada sebelah kiri.
selama palpasi pada dada kiri bawah
metabolik. seperti yang ditunjukkan hanya pada
nodul yang bisa diindikasi bisul, tumor malignan
dan. benigna.
Fungsi Motorik
Mengkaji tendon dalam-tendon refleks
Refleks tendon dalam disesuaikan
dengan tahap perkembangan biceps,
brachioradialis,triceps, Patellar, achilles.
Peningkatan refleks dapat terlihat pada penvakit
hipcrtiroidisme penurunan refleks dapat terlihat
pada penvakit hipotiroidisnie
Fungsi sensorik
Mengkaji fungsi sensorik
Tes sensitivitas klien terhadap nyeri,
temperature, vibrasi, sentuhan, lembut.
Stereognosis. Bandingkan kesimetrisan
area pada kedua sisi dan tubuh. dan
bandingkan bagian distal dan proksimal
dan ekstremitas. minta klien untuk
menutup mata. Untuk mengetes nyeri
gunakan jarum yang tajam dan tumpul.
Untuk tes temperature. gunakan botol
yang berisi air hangat dan dingin. Untuk
mengetes rasa getar gunakan penala
garpu tala. Untuk mengetes stereognosis.
tempatkan objek (bola kapas, pembalut
karet) pada tangan klien. kemudian minta
klien mengidentifikasi objek tersebut.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Urin: glukosa, albumin, benda keton dan sedimen. Serta pem mikroalbumin
 Darah: kadar gula darah, test toleransi glukosa oral, kurva harian glukosa, kadar HbA1c, kadar fruktosamin, kadar insulin, kadar c-peptide, status asam basa.
 Dasar penetapan kadar gula darah: reduksi (cupri-cupro), kondensasi (o-toluidin), enzimatik (glukosa oksidase, hexikinase, dehidrogenase)
 Pem enzimatik pem terbaik yang umum dipakai
















DAFTAR PUSTAKA
1. Netter F. Atlas of Human Anatomy. 4th Ed. Saunders 2006:74-75.
2. Bloom&Faucett. Buku ajar histologi, edisi ke-12, Jakarta: EGC. 2001.
3. Husin Elly, Dra, Rumiati Flora, Ssi, Mkes, Kusumahastuti,dr.MS,SpBk etc.
Sistem Uropoetika dan genetalia, blok 10. Jakarta: FK UKRIDA. 2008.
4. Markum H.M.S. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Jakarta: FK UI.
2000, p.122-123.
5. Patel Pradi. Lecture notes radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga. 2007,
p.248-249.
6. Sherwood. Fisiologi manusia dari sel ke sistem, edisi ke-2. Jakrta: EGC. 2001
7. http://hystero.org
8. http://images.google.co.id
9. http://iqbalali.com/2008
10. http://ksuheimi.blogspot.com/2008/Gametogenosis
11. http://plntt.co.id

Traktus Urinarius

I. Pendahuluan
Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hiduop sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa metabolism toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya. Traktus urinarius merupakan system yang terdiri dari organ-organ dan struktur-struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal berperan penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme.

II. Struktur traktus urinarius
1. Ginjal
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar transversus abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Disebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang meliputi kosta, sedangkan dianterior dilindungi oleh bantaan usus yang tebal.
Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh. 95 % orang dewasa memiliki jarak antara katup ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan panjang dari kedua ginjal lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk merupakan tanda yang penting karena kebanyakan penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur. Permukaan anterior dan posterior katup atas dan bawah serta pinggir lateral ginjal berbentuk konveks sedangkan pinggir medialnya berbentuk konkaf karena adanya hilus. Ada beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus antara lain arteri dan vena renalis, saraf dan pembuluh getah bening. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula tribosa tipis mengkilat, yang beriktan longgar dengan jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal (silvia & price, (1995).

2. Ureter
Ureter adalah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Ureter merupakan lanjutan pelvis renis, menuju distal & bermuara pada vesica urinaria. Panjangnya 25 – 30 cm. Persarafan ureter oleh plexus hypogastricus inferior T11- L2 melalui neuron² simpatis.
Terdiri dari dua bagian :
– pars abdominalis
– pars pelvina
Tiga tempat penyempitan pada ureter :
– uretero- pelvic junction
– tempat penyilangan ureter dengan vassa iliaca sama dengan flexura marginalis
– muara ureter ke dalam vesica urinaria


3. Vesica Urinaria
Disebut juga bladder/ kandung kemih. Vesica urinaria merupakan kantung berongga yang dapat diregangkan dasn volumenya dapat disesuaikan dengan mengubah status kontraktil otot polos di dindingnya. Secara berkala urin dikososngkan dari kandung kemih ke luar tubuh melalui ureter. Organ ini mempunyai fungsi sebagai reservoir urine (200 - 400 cc). Dindingnya mempunyai lapisan otot yang kuat. Letaknya di belakang os pubis. Bentuk bila penuh seperti telur ( ovoid ). Apabila kosong seperti limas. Apex ( puncak ) vesica urinaria terletak di belakang symphysis pubis.
Vesica urinaria mempunyai bagian:
• Apex: Dihubungkan ke cranial oleh urachus (sisa kantong allantois ) sampai ke umbilicus membentuk ligamentum vesico umbilicale mediale. Bagian ini tertutup peritoneum dan berbatasan dengan ileum & colon sigmoideum
• Corpus
• Fundus
Vesica urinaria dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yaitu:
• Serabut-serabut post ganglioner simpatis glandula para vertebralis L1-2.
• Serabut-serabut preganglioner parasimpatis N. S2,3,4 melalui N. splancnicus & plexus hypogastricus inferior mencapai dinding vesica urinaria. Disini terjadi sinapsis dengan serabut-serabut post ganglioner.
• Serabut-serabut sensoris visceral afferent: N. splancnicus menuju SSP
• Serabut-serabut afferen mengikuti serabut simpatis pada plexus hypogastricus menuju medulla spinalis L1-2.



4. Urethra
Merupakan saluran keluar dari urin yang diekskresikan oleh tubuh melalui ginjal, ureter, vesica urinaria.

III. Fisiologi traktus urinarius
Unit fungsional ginjal adalah nefron, yang pada manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas glomerulus yang mengandung kapsula bowmen dan tubulus. Tubulus terdiri dari tiga bagian yaltu tubulus proksimalis, lengkungan Henley (loop of Henley dan tubulus distalis beberapa tubulus distalis akan besatu membentuk duktus kolektivus. Glomerulus proksirnalis dan distalis terletak pada korteks ginjal sedang lengkung Henley dan duktus kolektivus pada medulla ginjal. (Siregar, H, et all,(1999), hal. 20).
Setiap nefron mempunyai dua komponen utama:
1) Glomerulus ( kapiler glomerulus ) yang dilalui sejumlah besar cairan yang difiltrasi dari darah.
2) Tubulus yang panjang dimana cairan hasil filtrasi di ubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal.
Meskipun setiap nefron mempunyai semua komponen seperti yang digambarkan diatas, tetapi tetap terdapat perbedaan, bergantung pada berapa dalamnya letak nefron pada massa ginjal. Nefron yang memiliki Glomerulus dan terletak di luar korteks disebut nefron kortikal ; nefron tersebut mempunyal ansa Henle pendek yang hanya menembus kedalam medulla dengan jarak dekat kira-kira 20-30 % nefron rnernpunyal glomerulus yang terletak dikorteks renal sebelah dalam dekat rnedula dan disebut nefron jukstaglomerulus. Nefron ini mempunyai ansa Henle yang panjang dan masuk sangat dalam ke medula, pada beberapa tempat semua berjalan menuju ujung papila renal.
Kecepatan eksresi berbagal zat dalam urin menunjukkan jumlah ketiga proses ginjal yaitu : Filtrasi glomerulus, reabsorpsi zat dari tubulus renal kedalam darah dan sekresi zat dari darah ke tubulus renal. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sjumlah besar cairan yang bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowmen. (Guyton & Hall, 1997. hal. 400).
Sistem kemih terdiri dan organ pembentuk urin ginjal dan struktur. yang menyalurkan urin dari ginjal ke luaar tubuli. Setiap ginjal dipasok (diperdarahi) oleh arteri renalis dan vena renalis, yang masing-masing masuk dan keluar ginjal dilakukan rnedial yang menyebabkan organ ini berbentuk seperti ginjal rnengolah plasma yang mengalir masuk kedalamnya untuk menghasilkan urine, menahan bahan-bahan tertentu & mengeliminasi bahan-bahan yang tidak diperlukan kedalam urin. Setelah terbentuk urin mengalir kesebuah rongga pengumpul sentral, dari situ urine disalurkan kedalam ureter, sebuah duktus berdinding otot polos yang keluar dari batas medial dekat dengan pangkal (bagian proksimal) arteri dan vena renalis. Terdapat dua ureter, yang menyalurkan urine dari setlap ginjal kesebuah kandung kemih.
Kandung kernih yang menyimpan urin secara temporar, adalah sebuah kantung berongga yang dapat direnggangkan dan volumenya disesuaikan dengan mengubah-ubah status kontraksi otot polos di dindingnya. Secara berkala, urine dikosongkan dari kandung kemlh keluar tubuh melalui sebuah saluran, uretra. Uretra pada wanita berbentuk Jurus dan pendek berjalan secara langsung dari leher kandung kermh keluar tubuh. Pada pria uretra Jauh lebih panjang dan melengkiung dan kandung kemih keluar tubuh melewati kelenjar prostat dan penis. (Lauralle Sherwood, 2001, hal. 463).
Fungsi primer ginjal adalah rnempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstra sel dikontrol oleh filtrasi glomerulus reabsorbsi dan sekresi tubulus. Zat-zat yang difiltrasi di ginjal dibagi dalam 3 kelas : Elektrolit, nonelektrolit dan air. Beberapa jenis elektrolit yang paling penting adalah (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca++), Magnesium (Mg++), Bikarbonat (HC02), Klorida (Cl-), dan fosfat (HP04), sedangkan non elektrolit yang penting antara lain glukosa, asam amino, dan metabolik yang merupakan produk akhir dari proses metabolisme protein : Urea, asam urat dan kreatinin. (Price, S, et all, 1995, hal 770).
Proses filtrasi pada glomerulus dinamakan ultrafiltrasi glomerulus, karena filtrate primer mempunyal komposisi sama seperti plasma kecuali tanpa protein. Sel-sel darah dan molekul-molekul yang besar seperti protein secara efektif tertahan oleh pori-pori membran filtrasi, sedangkan air dan kristaloid dapat tersaring dengan mudah. Setiap menit kira-kira satu liter darah yang mengandung 500 cc plasma,mengalir melalui semua glomeruli dan sekitar 100 cc (10 %) dari itu disring keluar.
Perbandingan jumlah yang disaring oleh glomerulus setiap hari dengan jumlah yang biasanya dikeluarkan kedalam urine maka dapat dilihat besar daya selektif sel tubulus:



Daya Selektif Sel Tubulus
Komponen Disaring Dikeluarkan
Air 150 Liter 1, 5 Liter
Garam 750 Liter 15 Gram
Glukosa 150 Liter 0 gram
Urea 50 Gram I. ram
(Pearce E, 1993 hal. 248-249)
Fungsi lain dari ginjal yaitu memproduksi renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.
Apabila tekanan darah turun, maka sel-sel otot polos meningkatkan pelelepasan reninnya. Apabila tekanan darah naik maka sel-sel otot polos mengurangi pelepasan reninnya. Apabila kadar natrium plasma berkurang, maka sel-sel makula dansa memberi sinyal pada sel-sel penghasil renin untuk meningkatkan aktivitas mereka. Apabila kadar natrium plasma meningkat, maka sel-sel makula dansa memberi sinyal kepada otot polos untuk menurunkan pelepasan renin.
Setelah renin beredar dalam darah dan bekerja dengan mengkatalisis penguraian suatu protein kecil yaitu angiotensinogen menjadi angiotensin I yang terdiri dari 10 asam amino, angiotensinogen dihasikna oleh hati dan konsentrasinya dalam darah tinggi. Pengubahan angiotensinogen menjadi angiotensin I berlangsung diseluruh plasma, tetapi terutama dikapiler paru-paru. Angoitensi I kemudian dirubah menjadi angiotensin II oleh suatu enzim konversi yang ditemukan dalam kapiler paru-paru. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah melalui efek vasokontriksi arteriola perifer dan merangsang sekresi aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron akan merangsang reabsorbsi natrium dalam tubulus distal dan duktus pengumpul selanjutnya peningkatan reabsorbsi natrium mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air, dengan demikian volume plasma akan meningkat yang ikut berperan dalam peningkan tekanan darah yang selanjutnya akan mengurangi iskemia ginjal (corwin, 2000).


iii. Komposisi urin
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.




iv. Pemeriksaan Traktus Urinarius
Pemeriksaan fisik
Anamnesa akan menentukan apakah dibutuhkan pemeriksaan lengkap atau sebagian.
Misal:
 discharge uretra tdk perlu pemeriksaan yang menyeluruh
 Painless hematuria perlu pemeriksaan yang lengkap
Pemeriksaan Ginjal
FISIK
1.Inspeksi
 Massa di abdominal atas, massa keras dan padat (keganasan/infeksi perinefritis).
2.Palpasi
 Sukar dipalpasi
 Pria lebih terfiksir drpd wanita (otot perut pria lebih keras)
 Pada yg kurus lebih mudah
 Metode: supinasi, satu tangan mengangkat CVA dan tangan yg lain menekan/mempalpasi.
 Temuan: nyeri tekan, teraba massa  hipertropi kompensasi,tumor, dll
Pemeriksaan Ginjal (balo teman)

3.Perkusi
Memiliki nilai tersendiri
4.Auskultasi
Bruit à stenosis arteri renal.
Pemeriksaan Lab
Jenis Pemeriksaan Urin rutin
1.Jumlah / volume urin
2.Pemeriksaan Makroskopis (warna, jernih, BJ, Bau, pH)
3.Protein
4.Glukosa
5.Sedimen(organik:eritrosit)
1.Volume N 1500ml/24 jam
2.Warna urin kuning tua, kuning ijo, coklat tua, merah keruh (eritrosit, Hb,
mioglobin,porfirin, kontaminasi darah haid), susu.BJ N 24jam =1.016-1.022. Bau
disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap.
3.Protein N =50-150 mg/24jam tidak terdeteksi.
4.Glukosa N 100mg/dl dan tidak terdeteksi.
5.Sedimen
Urin mengandung hematuria dapat ditemukan pada banyak keadaan:
1.Kelainan membran glomerulus
2.Trauma vaskular ginjal
3.Glomerulonefritis akut
4.Infeksi akut ginjal
5.Keganasan


Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.

Pemeriksaan Penunjang Radiologi dengan BNO atau USG

ELEKTROKARDIOGRAFI DAN BUNYI JANTUNG

TUJUAN:

1. Menyiapkan orang percobaan untuk pemeriksaan EKG.
2. Memasang elektroda pada orang percobaan untuk pencatatan 12 hantaran rutin EKG.
3. Mengemukakan beberapa segi teknis alat EKG mengenai:
a. Kepekaan alat.
b. Kecepatan catat alat.
4. Menganalisa EKG normal.
5. Menyebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya bunyi jantung I dan II.
6. Melakukan pemeriksaan bunyi jantung pada tempat yang sesuai dengan proyeksi katup jantung pada dada orang percobaan dengan menggunakan stetoskop (auskultasi).
7. Mengidentifikasi bunyi jantung normal.
8. Menguraikan sifat-sifat bunyi jantung normal.

ALAT YANG DIPERLUKAN:

1. Elektrokardiografi dengan perlengkapannya:
a. Elektroda untuk pergelangan kaki dan tangan, elektroda isap (suction electrode).
b. Karet-karet pengikat.
c. Kawat penghubung pasien (patient cable) dan kawat penghubung tanah (grounding).
2. Kapas dan alkohol.
3. Tempat tidur.
4. Pita rekaman bunyi jantung normal.
5. Tape recorder.
6. Stetoskop rangkap.
7. Supidol.

TATA KERJA:

PERSIAPAN ORANG PERCOBAAN

1. Suruhlah orang percobaan berbaring dengan tenang di tempat tidur dengan bertelanjang dada.
2. Bersihkanlah dengan kapas dan alkohol, kulit di kedua pergelangan tangan dan kaki.
3. Basahilah keempat elektroda pergelangan dengan air yang mengandung elektrolit dan pasanglah elektroda tersebut di tempat yang telah dibersihkan tadi.
4. Hubungkanlah kawat penghubung pasien dengan elektroda sebagai berikut:
a. Kawat RA (right arm, merah) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan lengan kanan.
b. Kawat LA (left arm, kuning) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan lengan kiri.
c. Kawat LL (left leg, hijau) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kaki kiri.
d. Kawat RL (right leg, hitam) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kaki kanan.
e. Kawat C (chest, putih) untuk sementara dibiarkan dulu.

PENCATATAN EKG

1. Sebelum dilakukan pencatatan EKG, dimulai dulu dengan penetapan kecepatan catat alat dan peneraan kepekaan alat.
2. Dengan menekan tombol yang sesuai (lihat gambar) dicatat secara berturut-turut:
a. Hantaran standard Einthoven: I, II, III.
b. Hantaran augmented extremity leads: aVR, aVL,dan aVF.
Tiap hantaran dicatat untuk sekurang-kurangnya 4 siklus jantung.
Hubungkan kawat C (putih) dengan elektrodaa isap dan tempelkanlah elektroda isap tersebut pada tempat-tempat yang sesuai pada orang percobaan. Dengan menekan tombol ”V” dicatat hantaaran precordial: V1 sampai V6.

HASIL PERCOBAAN:









PEMBAHASAN:

ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)

EKG adalah rekaman keseluruhan penyebaran aktivitas listrik di jantung.
Berbagai komponen pada rekaman EKG dapat dikorelasikan dengan kejadian (proses) spesifik di jantung. EKG normal memperlihatkan tiga bentuk gelombang tersendiri : gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T.

Gelombang P mewakili depolarisasi atrium
Kompleks QRS mewakili depolarisasi ventrikel
Gelombang T mewakili repolarisasi ventrikel

Hal-hal penting mengenai perekaman EKG :
1. pembentukan potensial aksi di nodus SA tidak menimbulkan aktivitas listrik yang mampu mencapai permukaan tubuh, sehingga depolarisasi nodus SA tidak menimbulkan gelombang.
2. pada EKG normal, tidak terdapat gelombang terpisah untuk repolarisasi atrium.
3. gelombang P jauh lebih kecil daripada kompleks QRS karena atrium memiliki massa otot yang jauh lebih kecil daripada ventrikel, sehingga menghasilkan lebih sedikit aktivitas listrik.
4. terdapat tiga keadaan pada saat aliran arus di otot jantung tidak terjadi dan EKG tetap berada di garis dasar.

a) Selama perlambatan nodus AV. Perlambatan ini tercermin dalam interval waktu antara akhir gelombang P dan permulaan gelombang QRS, interval ini dikenal sebagai segmen PR.
b) Ketika ventrikel mengalami depolarisasi sempurna dan sel-sel kontraktil jantung sedang berada dalam fase datar dari potensial aksi sebelum kembali mengalami repolarisasi tergambar segmen ST.
c) Ketika otot jantung beristirahat total dan sedang berlangsung proses pengisian ventrikel, setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya, segmen waktu ini disebut interval TP.

EKG dapat digunakan untuk mendiagnosis kecepatan denyut jantung yang abnormal. Aritmia, dan kerusakan otot jantung.
Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya disertai oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung.

EKG Normal









Contoh keadaan jantung yang dapat dideteksi melalui Elektrokardiografi:


Kelainan kecepatan, jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan disebuah rekaman EKG dikalibrasikan ke kecepatan denyut jantung. Kecepatan denyut jantung yang melebihi 100 denyut per menit dikenal sebagai takikardia (tachy berarti “cepat”). Sedangkan denyut yang lambat yang kurang dari 60 kali per menit disebut bradikardia (brady berarti ”lambat”)

Kelainan Irama, irama mengacu kepada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi irama normal dan urutan eksitasi jantung disebut aritmia.

Flutter atrium, ditandai oelh urutan depolarisasi atrium yang reguler tetapi cepat dengan kecepatan antara 200 sampai 300 denyutan per menit.

Fibrilasi atrium, ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan tidak terkoordinasi tanpa gelombang P yang jelas.

Fibrilasi ventrikel, adalah kelainan irama yang sangat serius dengan otot-otot ventrikel memperlihatkan kontraksiyang kacau dan tidak terkoordinasi. Tibul banyak impuls yang berjalan secara acak ke segala arah diseluruh ventrikel.

Blok jantung, timbul akibat defek pada sistem penghantar jantung.


Gelombang EKG abnormal juga penting dalam mengenali dan menilai miopati jantung (kerusakan otot jantung). Iskemia miokardium mengacu kepada ketidakcukupan pasokan darah. ke jaringan jantung. Kematian atau nekrosis sel-sel otot jantung , yang biasanya disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah yang memperdarahi bagian jantyung yang bersangkutan, disebut infark miokardium akut, yang lazim dikenal sebagai serangan jantung.

Interpretasi suatu rekaman EKG adalah suatu tugas rumit yang memerlukan pengetahuan dan latihan yang intensif.

Sistem Digestivus

Sistem Digestivus
Pendahuluan
Sistem Digestivus atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus.

1. Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Sistem Pencernaan
Proses pencernaan melibatkan berbagai organ di dalam tubuh dari mulut sampai anus. Organ-organ tersebut kemudian membentuk system saluran cerna.
1. Mulut dan Esofagus
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut. Di dasar mulut terdapat lidah, yang berfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan. Di belakang dan dibawah mulut terdapat tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan(incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.
Proses kimia dan fisiologi di dalam mulut
Air liur menghaluskan makanan dan menjadikannya lebih mudah ditelan. Air liur mengandung enzim, yaitu ptialin dan amilase liur. Enzim ini menghidrolisiskan kanji menjadi maltosa

Lidah membuat gumpalan makanan menjadi bolus dan mendorongnya ke arah faring. Sewaktu menelan, lidah mendorong makanan ke belakang mulut dan selanjutnya ke esofagus. Langit-langit(Laring) menghalangi makanan untuk memasuki rongga nasal Makanan bergerak melalui esofagus secara peristaltik.
2. Esofagus(kerongkongan)
Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir. Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltic.

3. Gaster(lambung)
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 4 bagian yaitu kardia, fundus, corpus(badan) dan pilorus. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : lendir, asam klorida (HCl), prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
4. Duodenum, jejunum dan ileum
Dari Gaster makanan disalurkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus. Beberapa centi pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi yang diserap. Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum. Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili. Dinding usus terdapat pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus. Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.
Pada usus kecil, menghasilkan enzim:
a. Erepsin (peptidase) yang menghidrolisis peptida menjadi asid(asam) amino

b. Maltase yang menghidrolisis maltosa menjadi glukosa

c. Sukrase yang menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa

d. Laktase yang menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa

5. Hepar, Pancreas dan Vesica velea

1. Hepar
Hepar merupakan organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang mempunyai banyak pembuluh darah kecil-kecil(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah dalam 2 cara: bakteri dan partikel asing lain diserap dari usus dan dibuang, berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan oleh tubuh. Proses tersebut berlangsung dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh dari seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati. Digunakan untuk membuat empedu. Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu.
2. Vesica velea
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus communis.
Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum.
Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi. Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan. Empedu memiliki 2 fungsi penting: membantu pencernaan dan penyerapan lemak, serta berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:
- Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan.
- Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya.
- Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan.
- Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh.
- Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di colon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
3. Pancreas
Terdiri dari 2 jaringan dasar:
o asinus, menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
o Pulau pankreas, menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah.
Enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai saluran ke dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran empedu pada sfingter oddi, dimana keduanya akan masuk ke dalam duodenum. Colon(usus besar)
Usus besar terdiri dari: colon asendens (kanan), colon transversum, colon desendens (kiri) dancolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus. Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
6. Rectum dan Anus
Rectum merupakan ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah colon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada colon desendens. Jika colon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

2. Mekanisme Sistem Pencernaan
• Karbohidrat
Sebelum karbohidrat dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka karbohidrat harus dipecah menjadi persenyawaan yang lebih sederhana (monosakarida) untuk dapat melewati dinding usus halus, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
• Absorpsi Karbohidrat dalam Usus Halus
Karbohidrat diserap usus halus dalam bentuk monosakarida. Karbohidrat diserap melalui mekanisme pompa yang membutuhkan energi (ATP) dan perlu bantuan carrier ion Na (transporting agent). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan karbohidrat:
1. Hormon insulin yang akan meningkatkan transport glukosa ke dalam jaringan sel. Berarti juga mempertinggi penyerapan glukosa dalam jaringan , akibatnya akan mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen dalam hati.
2. Tiamin (vit B1), piridoksin, asam panthotenat, hormon tiroksin berperan besar dalam penyerapan dan metabolisme karbohidrat.
• Protein
Absorpsi Protein dalam Usus Halus
Sebagian besar protein diabsorpsi dalam bentuk asam amino, proses ini terjadi sebagian besar dalam jejenum.
Asam amino (transport aktif) melewati sel epitel pada villi. Asam amino keluar dari sel epitel (difusi) → kapiler darah. Penyerapan sama dengan yang ditempuh monosakarida.
Dalam waktu yang bersamaan dipeptida dan tripeptida → sel epitel (transport aktif). Sebagian besar dipeptida dan tripeptida dihidrolisis menjadi asam amino di dalam sel epitel (difusi)→ kapiler darah dalam villi.
Asam amino dari kapiler diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta hepatica. Asam amino dibebaskan oleh sel hati → jantung → seluruh tubuh melalui aliran darah.

• Lipid
Pencernaan

Sebagian besar pencernaan lemak terjadi di dalam usus halus.
Langkah pertama, proses pengolahan asam lemak netral (trigliserida) yang terdapat melimpah pada makanan oleh garam-garam empedu.
Garam-garam empedu memecah globula lemak ke dalam bentuk droplet-droplet yang berdiameter 1 µm. Droplet bercampur dengan garam empedu membentuk gumpalan yang disebut micelles.
Langkah kedua, enzim yang disekresi oleh getah pankreas yaitu pancreatic lipase menghidrolisis setiap molekul lemak menjadi asam lemak dan monogliserida yang merupakan produk akhir pencernaan lemak.

Absorpsi Lipids dalam Usus Halus
Absorpsi lipids terutama terjadi dalam jejenum (bagian tengah usus halus).
Lipids diabsorpsi oleh usus halus dalam bentuk monogliserida, asam lemak rantai pendek dan asam lemak rantai panjang.

3. Gangguan Sistem Digestivus
Banyak faktor penyebab gangguan pada istem pencernaan, antara lain pola makanan yang salah, infeksi bakteri, atau karena adanya kelainan pada alat pencernaan makanan. Beberapa gangguan tersebut antara lain sbb.

1). Karies
Terjadi dalam rongga mulut pada gigi yang tidak terawat. Karies terjadi karena adanya penumpukan sisa makanan pada gigi yang difermentasikan oleh bakteri menyebabkan lubang pada gigi.

2). Sariawan
Diawali dengan timbulnya luka kecil dalam rongga mulut. Bil tidak segera disembuhkan, sariawan dapat mengganggu pencernaan makanan di dalam mulut. Pencegahannya dilakuakan dengan mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah yang cukup.

3). Apendisitis
Yaitu terjadi peradangan bagian apendiks ( umbai cacing ) karena infeksi bakteri.

4). Diare
Disebabkan oleh protozoa atau bakteri, sehingga terjadi gangguan penyerapan air di usus besar. Akibatnya, ampas makanan yang dikeluarkan berwujud cair.

5). Enteritis
Peradangan pada usus halus atau usus atau usus besar karena infeksi oleh bakteri.

6). Konstipasi atau sembelit
Gejalanaya sulit buang air besar karena penyerapan air di kolon terlalu banyak

7). Ulkus ( radang lambung )
Peradangan pada dinding lambung akibat produksi asam lambung lebih banyak dari jumlah makanan yang masuk atau karena infeksi oleh bakteri.

8). Parotitis ( gondong )
Peradangan pada kelenjar parotis karena infeksi virus.

9). Kanker lambung
Penyakit ini disebabkan oleh konsumsi alcohol yang berlebihan, merokok, dan sering mengkonsumsi makanan berbahan pengawet.

10). Kolitis ( radang usus besar )
Gejalanya berupa diare, kram perut, atau konstipasi, bahkan dapat terjadi luka atau pendarahan di usus.
4. Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan fisik mempunyai 4 tahap pemeriksaan, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Inspeksi. Pada pemeriksaan ini hanya untuk melihat kulit (warna, lesi, dan sikatrik), bentuk abdomen (cembung, cekung, rata), dsb.
Palpasi. Pada pemeriksaan ini, pasien diminta untuk menekuk lutut membentuk sudut 45-60 derajat agar otot abdomen teregang sehingga memudahkan pemeriksaan. Selanjutnya, dilakukan palpasi hepar, lien, ginjal dan pemeriksaan asites untuk mengetahui apakah ada kelainan dan rasa nyeri pada abdomen pasien.
Perkusi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan batas-batas hepar, lien, dan organ abdomen lainnya agar dapat mengetahui apakah ada perbesaran organ atau tidak.
Auskultasi. Dalam pemeriksaan ini, kita dapat mendengar bunyi pada abdomen pasien, seperti normoperistaltik, hipoperistaltik, dan hiperperistaltik.
Radiologi
1. Rontgen
Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

2. Sinar X pada Abdomen
Sinar X pada abdomen berguna untuk mendeteksi ukuran, struktur, dan jaringan tubuh yang abnormal. Dalam pemeriksaan ini, prosedur yang harus dijalankan, antara lain:
­ Asupan makanan dan cairan biasa tidak dibatasi.
­ Pakaian dilepaskan dan pasien hanya menggunakan gaun kertas atau kain.
­ Pasien berbaring pada posisi terlentang dengan lengan terlentang di atas meja sinar X yang telah dimiringkan.
3. CT scan abdomen
CT abdomen berguna untuk mendiagnosis tumor, obstruksi, kista, hematoma, dan kondisi lainnya yang terjadi pada abdomen. Zat pewarna kontras per IV dapat digunakan unutk meningkatkan visualisasi. Ginjal dan aliran urin mudah terlihat dengan zat kontras.

4. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
3. Laboratorium
1. Pemeriksaan Lipase (serum)
Nilai normal:
­ Dewasa : 114-286 U/l
­ Anak : 20-136 IU/l
Tujuan : mengetahui keberadaan pancreatitis akut atau gangguan pankreatitik lainnya.
Prosedur :
­ Kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam tabung tertutup merah. Cegah terjadinya hemolisis.
­ Pasien dianjurkan untuk puasa, kecuali tetap diperbolehkan minum air selama 8-12 jam.
2. Pemeriksaan Amilase (serum)
Nilai normal:
­ Dewasa : 30-170 U/I
­ Hamil : Sedikit meningkat
­ Anak : tidak dapat dilakukan
Tujuan : membantu dalam mendiagnosis pancreatitis akut dan masalah kesehatan lainnya.
Prosedur :
­ Kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam tabung tertutup merah
­ Pasien dianjurkan tidak makan dalam waktu 1-2 jam sebelum pemeriksaan
3. Pemeriksaan Pepsinogen (serum)
Nilai normal:
­ Dewasa : 124-142 ng/ml
Tujuan : menentukan penyebab gangguan lambung
Prosedur :
­ Pasien harus berpuasa selama 8-12 jam sebelum uji dilakukan.
­ Kumpulkan 5-7 ml vena dalam tabuh tertutup merah
4. Pemeriksaan Urobilinogen (feses)
Tujuan : membantu dalam menentukan kerusakan hati.
Pada keadaam normal bilirubin tidak ada pada feses, kecuali pada bayi yang baru lahir. Keadaan abnormal jika terjadi diare berat.
5. Pemeriksaan Bilirubin (urine)
Tujuan : untuk mendeteksi kelainan pada hati
Prosedur :
­ Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman
­ Lakukan uji bilirubin urine dalam 1 jam. Jauhkan urine dari sinar ultraviolet.
6. Pemeriksaan Makroskopis Tinja
­ Jumlah : 100-200gr/ hari
­ Frekuensi : 1-2 kali/hari
­ Warna : Kuning tua atau coklat
­ Konsistensi : berbentuk dan lunak
­ Tidak mengandung lendir, darah, dan pus
7. Pemeriksaan Mikroskopis Tinja
­ Eritrosit : normal ada di dalam feses
­ Leukosit : normal tidak ada
­ Sisa makanan : serat daging, tumbuhan, butir lemak
­ Kristal : normal (calcium oksalat, tripel fosfat), abnormal (hematoidin, kristal Charcoat Leyden)
­ Makrofag : ukuran lebih besar dari leukosit, berinti satu, daya fagositosis
8. Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan. Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan. Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.





Daftar Pustaka
1. Sherwood, Laura. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd Ed. Buku EGC 2001:537-087.
2. Lee, JL. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. 6nd Ed. Buku EGC 2008.
3. Medicastore. Biologi Sistem Pencernaan. Diunduh dari http://www.medicastore.com, 21 juni 2008.
4. Nurman, A. Penatalaksanaan Pankreatitis Akut. 2000. Diunduh dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files_12/Penatalaksanaan_Pankreatitis_Akut_128/.pdf/12/Penatalaksanaan_Pankreatitis_Akut_128.html, 21 juni 2008.
5. Farid, F. Hepar. November 2007. Diunduh dari http://fadlyansyah.blogspot.com/2007/11/pendahuluan-hepar-merupakan-kelenjar.html, 21 juni 2008.
6. Medicastore. Pankreatitis akut. Juni 2008. Diunduh dari http://www.medicastore.com, 22 juni 2008.
7. Medicastore. Fisiologi Saluran Cerna. Diunduh dari http://www.medicastore.com, 22 juni 2008.
8. Medicastore. Beberapa Gangguan Saluran Cerna. Diunduh dari http://www.medicastore.com, 22 juni 2008.
9. Erawati. Nyeri Ulu hati. 2001. Diunduh dari http://www.sinarharapan.com, 22 juni 2008.

Sistem Respirasi

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi. (Drs.H.Syafyddin.B.Ac, Anatomi Fisiologi, 1997 hal 87).

I. Secara Fisiologi pernapasan terbagi atas :
1. Pernafasan dalam (respirasi internal)
Adalah proses bertukarnya O2 (oksigen) dari darah dengan CO2 (karbondioksida) dari jaringan O2 (oksigen) dikeluarkan dari darah untuk keperluan jaringan dan CO2 (karbondioksida) dipungut oleh darah dari jaringan untuk dibawa ke alveoli di paru-paru.
2. Pernafasan luar (respirasi eksternal)
Adalah proses pertukaran O2 (oksigen) dari udara dengan CO2 (karbondioksida) dari pembuluh darah yang terjadi di alveolus.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya ph darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.
Asidosis Respiratorik
Definisi :
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti: Emfisema, Bronkitis kronis, Pneumonia berat, Edema pulmoner, Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
Asidosis Metabolik
Definisi :
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asi Gagal ginjal:

• Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
• Ketoasidosis diabetikum
• Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
• Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
• Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi. dois metabolik:
Alkalosis Respiratorik
Definisi :
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah: rasa nyeri, sirosis hati, kadar oksigen darah yang rendah, demam, overdosis aspirin.
Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
Alkalosis Metabolik
Defenisi :Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
Batuk
Batuk adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh , berupa daya refleks untuk membersihkan saluran pernafasan kita dari lendir atau benda asing yang tersedak (susu, kacang, dll).
Batuk dengan mengi
Mengi adalah suara nafas yang muncul saat anak mengeluarkan nafas. Penyebabnya antara lain pembengkakan di saluran pernapasan , asma, atau adanya benda yang menyumbat saluran pernafasan. Bila anak pernah mengalami sebelumnya,
Batuk malam hari
Batuk yang sering memburuk di malam hari, dikarenakan saat anak berbaring, sumbatan pada hidung dan sinus mengalir ke tenggorokan dan menimbulkan iritasi
Batuk disertai bunyi saat menarik nafas (whooping coughs)
Bunyi whoop sering terdengar setelah anak batuk , yaitu pada saat anak tersebut berusaha menarik nafas dalam setelah batuk terus menerus selama beberapa kali. Jika begitu, ada kemungkinan bayi terkena batuk rejan/pertusis, terlebih bila belum mendapatkan vaksin DPT. Konsultasikan ke dokter.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi Dissosiasi(pelepasan) dan saturasi(kelarutan):
1. pH
pH turun menyebabkan dissosiasi naik dan saturasi turun
2. Temperatur
Suhu naik menyebabkan dissosiasi naik dan saturasi turun
3. Tekanan
PC02 naik dan P02 turun menyebabkan dissosiasi naik dan saturasi turun
4. Elektrolit
Elektrolit naik menyebabkan dissosiasi naik dan saturasi turun
5. DPG
DPG bertambah menyebabkan dissosiasi naik dan saturasi turun

Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :

1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.

Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan napas.
1. Hipoksia
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
2. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
3. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).
Mekanisme
Refleks bernapas diatur oleh pusat pernapasan medulla oblongata.
Inspirasi terjadi jika :
Nervus prenikus Rangsangan
Muskulus diafragma mengkerut datar
Jarak stratum vertebra semakin luas dan melebar
Rongga dada membesar sehingga pleura tertarik
Tekanan udara berkurang sehingga udara masuk
Ekspirasi terjadi jika :
Otot relaksasi
Rongga dada menjadi kecil
Udara di dorong keluar.


Macam-macam pernapasan:

1. Pernapasan dada
Pada saat bernapas, rangka terbesar bergerak. Ini terjadi pada rangka lunak yaitu pada orang-orang muda dan perempuan.
2. Pernapasan perut
Pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka biasanya terjadi pada orang tua. Jika tulang rawannya tidak begitu lembek yang disebabkan banyak zat kapur mengendap di dalamnya dan ini banyak kelihatan pada pria.

Pengendalian pernapasan
Proses pernapasan dikendalikan oleh kimiawi dan syaraf. Pada proses kimiawi, karbondioksida merangsang saraf di medulla oblongata dan disalurkan lewat saraf phrenikus dan saraf interkostalis yang selanjutnya menuju otot-otot pernapasan (otot diafragma atau interkostalis). Otot ini berkontraksi sehingga terjadilah pernapasan.

Kecepatan pernapasan
Napas wanita lebih cepat dari pria. Patokan normalnya sebagai berikut (sumber Fundamental Of Nursing, Lilis Taylor, Lippincott, 1997) :
a. Bayi usia< 1 tahun : 30 – 60 X/Menit.
b. Anak usia 1-5 tahun : 20 – 40 X/Menit
c. Anak usia 6 – 12 tahun : 15 – 25 X/Menit
d. Dewasa : !6 – 20 X/Menit.
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)

Struktur :
a. Makro


A. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru. Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru. Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia
2. Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring). Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
3. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam’s apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu
4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
B. Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
• Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
• Dan kemudian menjadi alveoli
6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
PARU-PARU
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya
PLEURA
• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru
Kapasitas paru-paru
Merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di dalamnya. Waktu ekspirasi udara di dalam paru-paru masih tertinggal ± 3 liter, sedangkan pada waktu pernapasan tertinggal ± 2 ½ liter.
b. Mikro



Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik
Paru bagian Depan dan belakang
Melalui inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
Pemeriksaan Fisik
Kadang-kadang pemeriksaan dada oleh perawat adalah pengkajian paling cepat dan paling nyata terhadap situasi. Diagnosis fisik terhadap dada meliputi empat prosedur:
• inspeksi, atau melihat pada pasien
• palpasi, atau merasakan pasien
• perkusi, atau mengetok pasien
• auskultasi, atau mendengar dada pasien dengan
• stetoskop
Uji Fungsi Pulmonal
Uji fungsional paru meliputi pengukuran volume paru, fungsi ventilatory, mekanisme pernapasan, difusi, dan pertukaran gas. Tes ini bergun sebagai uji skreening.
Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pemeriksaan ini membantu dalam mengkaji tingkat dimana paru-paru mampu untuk memberikan oksigen yang adekuat dan membuang carbon dioksida serta tingkat dimana ginjal mampu untuk menyerap kembali atau mengeksresi ion-ion bikarbonat untuk mempertahnkan PH darah yang normal.
Oksimetri Nadi
Adalah metode pemantauan non-invasif terhadap saturasi oksigen hemoglobin. Sensor atau probe sekali pakai diletakkan pada ujung jari, dahi, daun telinga, atau batang hidung. SaO2 normal adalah 95 % s.d 100 %. Nilai dibawah 85 % menunjukkan bahwa jaringan tidak mendapat cukup suplai oksigen.
Pemeriksaan radiologi Dada
Rontgen dada rutin biasanya terdiri atas dua bidang projeksi anteroposterio dan lateral. Rontgen dada diambil saat inspirasi penuh.
Tomografi memberikan bayangan pada paru-paru pada bidang yang berbeda di dalam toraks, berguna pada pasien TB dimana dapat memberikan gambaran infiltrt noduler, memperlihatkan rongga, dan bronkiektase yang berkaitan dengan TB pulmonal.
Computed Tomograph, bayangan yang dihasilkan memberikan pandangan potongan melintang dari dada. Film sinar x regular memperlihatkan perbedaan besar antara densitas tubuh seperti tulang, jaringan lunak, dan udara.
Positron emission tomograph, untuk mengetahui cara sel-sel berfungsi dalam individu yang hidup. Radioisotop mengeluarkan partikel atomik yang disebut positron. Ketika positron bertemu dengan elektron, yang terjadi tepat setelah emisi, keduanya akan dihancurkan dan dua gelombang gamma dilepaskan, semburan energi ini dicatat oleh pemindai PET.
Fluroskopi, digunakan untuk membantu dalam prosedur invasif, seperti biopsi jarum dada atau biopsi tranbronkial.
Telan barium, menunjukkan esofagus dan memperlihatkan perubahan letak esopagus serta gangguan pada lumennya oleh struktur jantung, paru-paru, atau mediatinum..
Bronkografi, jarang digunakan sejak diketemukannya bronkoskopi serat optik dan CT scan.
Torakoskopi
Adalah prosedur diagnostik dimana kavitas pleura diperiksa. Insisi kecil dibuat kedalam kavitas pleura dalam suatu spasium interkosta, lokasi insisi tergantung pada temuan-temuan klinis dan diagnostik. Setelah cairan yang ada dalam kavitas pleura diaspirasi, mediastinoskop serat optik dimasukkan kedalam kavitas pleural dan permukaannya dinspeksi melalui intstrumens tersebut.
Indikasi torakoskopi adalah untuk evaluasi diagnostik efusi pleura, penyakit pleura, dan pentahapan tumor.
Pemeriksaan Sputum
Secara umum kultur sputum digunakan untuk mendiagnosis, pemeriksaan sensitivitas obat, dan sebagai pedoman pengobatan.
Ekspektorasi adalah metode yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan spesimen sputum. Pasien diintruksikan untuk membersihkan hidung dan tenggorok dan membilas mulut untuk mengurangi kontaminasi sputum. Setelah melakukan beberapa kali napas dalam, pasien membatukkan (meludahkan), menggunakan diafragma dan mengeluarkan kedalam wadah streil.
Jika sputum tidak bisa keluar secara spontan, pasien sering dirangsang untuk batuk dalam dengan menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh, glikol propilen yang mengiritasi atau suatu agen lainnya yang diberikan dengan nebuliser ultrasonik. Metode lainnya seperti : pengumpul spesimen termasuk aspirasi endotrakeal, pembuangan dengan bronkoskopik, penyikatan bronkial, aspirasi trantrakeal, dan aspirasi lambung. Umumnya spesimen yang lebih dalam didapatkan pada pagi hari. Spesimen segera dikirim kelaboratorium.
Pemerikaaan kualitatif dilakukan untuk menentukan apakah sekresi adalah saliva, lendir dan pus atau bukan. bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasnya menandakan iinfeksi.

Daftar Pustaka

1. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem.2001.EGC:Jakarta.
2. Modul Blok 7.Sistem Respirasi I.2008.FK UKRIDA:Jakarta
3. Santoso, Mardi.Buku Panduan Keterampilan Medik (Skill Lab).2008.FK UKRIDA:Jakarta.
4. Penuntun Patologi Klinik Hematologi.2207.FK UKRIDA:Jakarta
5. http://choled.wordpress.com/2008/02/17/
6. http://iwansain.wordpress.com/2007/07/25/pengkajian-sistem-pernafasan/
7. www.apsu.edu/.../Exam%203/alveolus%2001.bmp
8. http://www.virtualsciencefair.org/2005/thog5n0/public_html/lungs.jpeg
9. http://zerich150105.wordpress.com/about/
10. http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/konsep-dasar-oksigenasi.html
11. http://iwansain.wordpress.com/2007/08/22/kebutuhan-oksigenasi/